Saturday, June 18, 2016

"Saya Hanya Mau Mengajar Anak Anda, Tolong Pahami"

Profesi guru tengah naik daun. Sayangnya, lebih ke arah kurang baik. Jika anda mendengar beberapa guru di tanah air dipenjara gara-gara profesinya, bersiaplah untuk semakin sering mendengarnya. Awalnya, saya males mengangkat topik ini. Bukan karena tidak peduli dengan rekan seprofesi, namun saya khawatir susah meredam emosi saat merangkai kata demi kata. Maklum, nasib rekan-rekan di sana sudah sangat memprihatinkan. Bagaimana mungkin seorang guru dipenjara ketika beliau tengah berusaha mendidik siswanya-siswinya.
Saya orang tua dari dua anak ganteng. Saya paham bagaimana rasa sayang saya kepada kedua anak saya. Saya juga akan marah jika anak saya disakiti orang yang tidak ikut memberi makan dia. Sayapun akan mempertimbangkan untuk melaporkan ke pihak berwajib jika perlakuan ke anak saya sudah kelewatan. Tapi, jika anak saya dipotong rambutnya di sekolah, dicubit gurunya, dijewer telinganya atau bahkan dipukul pakai penggaris oleh wali kelasnya (dan saya yakin guru tidak akan sampai membunuh siswa-siswinya, apalagi jika masih sekolah dasar) tentu saja saya justru akan menambah hukuman itu jika anak saya memang melanggar kedisiplinan di sekolahnya. Itu bukan berarti saya tidak sayang anak saya, tapi itu agar dia paham dan mengerti bahwa jika dia bersalah tidak akan ada yang membenarkannya, walaupun itu orang tuanya.

Saya juga guru, guru tidak tetap di sebuah madrasah aliyah negeri di kota tempat tinggal saya. Saya mengajar berbagai karakter siswa. Sekolah kami bukan sekolah favorit di kota saya. Kalau boleh dibilang sekolah tujuan berikutnya ketika calon siswa ditolak di sekolah favoritnya. Dengan kata kasar, sekolah kami berisi siswa-siswi buangan sekolah lain. Tentu saja tidak 100% kondisinya begitu, masih ada yang menjadikan sekolah kami sebagai tujuan utama, namun jumlahnya tidak banyak. Kalau ada yang bilang siswa-siswi kami banyak yang nakal, saya susah menolaknya. Walaupun yang rajin patuh dan baik juga tidak sedikit. Intinya, ngajar di sekolah saya merupakan perjuangan.

Rambut panjang, seragam tidak rapi, ngomong sendiri saat pelajaran, ngumpet di kantin sekolah saat pelajaran hingga mencuri dan miras tidak aneh jika ditemukan. Namun, bukan berarti itu dibiarkan. Pihak sekolah sudah berusaha maksimal mengantisipasi itu. Saya akan menyuruh push up jika menemukan siswa yang baju seragamnya dikeluarkan, saya akan cubit pundaknya jika menemukan siswa saya mengganggu ketertiban di kelas, saya pun akan menjewer telinganya jika kedapatan si siswa menggoda siswi wanita.

Bagi saya, itu semua adalah tugas guru. Guru tidak hanya sebagai penyampai materi pelajaran di depan kelas. Memberi pekerjaan rumah atau tugas lainnya, namun guru juga harus membentuk karakter siswa yang disiplin. Tugas guru selain mengajar juga mendidik. Nah, bagian mendidik inilah yang seringkali harus membuat guru head to head dengan siswa-siswi yang bermasalah. Tapi, tolong mendidik dengan cara menjewer, mencubit atau bahkan memukul ringan jangan diartikan sebagai kebencian. Para orang tua harus paham dengan aturan main di sekolah. Jika dengan menjewer lantas si siswa nangis lalu pulang dan lapor orang tua, kemudian orang tua melaporkan si guru ke polisi, saran saya sebaiknya anda dirikan sekolah sendiri, ajari sendiri, tulis raport sendiri dan luluskan sendiri.

Mendaftarkan atau memasukkan si buah hati ke sebuah sekolah berarti menyerahkan kewajiban dia sebagai orang tua ke guru. Makanya, guru sering disebut orang tua kedua. Karena dianggap orang tua, maka guru berhak mengajar, mendidik dan melatih si anak.

Mengajar berarti meneruskan dan memberi ilmu pengetahuan, mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, dan melatih berarti memberikan keterampilan. Khusus mendidik atau memperkenalkan nilai-nilai kehidupan, tidak akan lepas dari adanya reward dan punishment. Penghargaan dan hukuman. Penghargaan atau hadiah jika si siswa berprestasi, hukuman jika ada aturan di sekolah yang dilanggar. Jadi, sebuah hukuman sangat diperlukan dalam proses mendidik. Orang tua harus paham itu.

Jika pada akhirnya seorang guru takut untuk mendidik karena takut dipenjara hanya gara-gara soal sepele, jangan salahkan juga jika akhirnya guru hanya sebatas mengajar, menyampaikan materi ilmu pengetahuan saja tanpa pernah mau lagi mengurusi akhlak dan tingkah laku siswanya. Guru hanya datang ke sekolah, absen, masuk kelas, ngajar materi, pulang. Perkara si anak atau siswanya nakal tidak lagi mau diurus. Orang tua harus paham ini. Jangan salahkan saya, sebab andalah yang membuat saya begini. Maafkanlah...

No comments:

Post a Comment